You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Randusongo
Desa Randusongo

Kec. Gerih, Kab. Ngawi, Provinsi Jawa Timur

SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI DESA RANDUSONGO KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI

Tradisi "Pancen"di Randusongo, Penghormatan Leluhur Tanpa Niat Musyrik

Totok Pranggono 30 Maret 2025 Dibaca 5 Kali
Tradisi

RANDUSONGO.DESA.ID - Desa Randusongo, sebuah desa yang terletak di Kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, memiliki tradisi unik yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang mereka. Tradisi ini dikenal dengan nama "Pancen," sebuah ritual penghormatan kepada leluhur yang telah berpulang ke alam baka. Tradisi ini dilakukan setiap kali memperingati hari-hari besar agama Islam, terutama Idul Fitri.

"Pancen" bukan sekadar ritual biasa. Ia adalah manifestasi dari rasa hormat dan bakti masyarakat Randusongo kepada para pendahulu mereka. Tradisi ini dilakukan dengan menyiapkan berbagai ubo rampe atau sesaji yang memiliki makna simbolis mendalam. Ubo rampe tersebut antara lain pisang setangkep, ayam panggang Jawa, kopi, apem, jenang hitam putih, dan rokok.

Makna Simbolis Ubo Rampe

Setiap ubo rampe yang disajikan dalam tradisi "Pancen" memiliki makna simbolis tersendiri. Pisang setangkep melambangkan kesuburan dan kemakmuran, ayam panggang Jawa melambangkan kekuatan dan keberanian, kopi melambangkan kehangatan dan keakraban, apem melambangkan kebersamaan dan kerukunan, jenang hitam putih melambangkan keseimbangan antara kebaikan dan keburukan, serta rokok melambangkan keikhlasan dan ketenangan.

Ubo rampe ini ditata dengan rapi di atas tampah, sebuah wadah anyaman bambu berbentuk bulat. Tampah kemudian diletakkan di tempat khusus di dalam rumah, biasanya di ruang keluarga atau dekat dengan tempat tidur leluhur. Masyarakat Randusongo percaya bahwa pada saat-saat tertentu, terutama saat hari raya Idul Fitri, arwah leluhur akan mengunjungi rumah mereka. Oleh karena itu, mereka menyiapkan "Pancen" sebagai bentuk penghormatan dan penyambutan.

Tanpa Niat Musyrik

Meskipun tradisi "Pancen" melibatkan penyajian sesaji, masyarakat Randusongo menegaskan bahwa tradisi ini sama sekali tidak mengandung unsur kemusyrikan. Mereka meyakini bahwa ubo rampe yang disajikan hanyalah simbol penghormatan, bukan sesembahan. Mereka juga menegaskan bahwa mereka tidak pernah meminta atau mengharapkan apapun dari leluhur mereka.

"Kami melakukan tradisi ini semata-mata sebagai bentuk penghormatan dan bakti kepada leluhur kami," ujar Mbah Sarni, salah seorang sesepuh desa Randusongo. "Kami tidak pernah meminta atau mengharapkan apapun dari mereka. Kami hanya ingin menunjukkan bahwa kami tidak pernah melupakan mereka."

Warisan Budaya yang Terjaga

Tradisi "Pancen" telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi di Desa Randusongo. Masyarakat desa sangat menjunjung tinggi tradisi ini dan berusaha untuk menjaganya agar tetap lestari. Mereka menyadari bahwa tradisi ini adalah bagian dari identitas budaya mereka yang unik dan berharga.

"Kami akan terus menjaga tradisi ini agar tidak punah," kata Mbah Sarni. "Kami ingin tradisi ini terus diwariskan kepada anak cucu kami agar mereka tidak melupakan akar budaya mereka."

Menarik Perhatian Akademisi

Keunikan tradisi "Pancen" di Desa Randusongo telah menarik perhatian para akademisi dan peneliti budaya. Mereka tertarik untuk mempelajari lebih dalam tentang makna simbolis dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tradisi ini.

"Tradisi 'Pancen' adalah contoh nyata dari kekayaan budaya Indonesia," ujar Prof. Dr. Suwardi Endraswara, seorang ahli budaya Jawa. "Tradisi ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki cara yang unik dan kreatif dalam menghormati leluhur mereka."

Harapan untuk Masa Depan

Masyarakat Desa Randusongo berharap bahwa tradisi "Pancen" akan terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang. Mereka juga berharap bahwa tradisi ini dapat menjadi daya tarik wisata budaya yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

"Kami berharap tradisi ini dapat menjadi daya tarik wisata budaya yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa," ujar Totok Pranggono, Kasi Pelayanan. "Kami juga berharap bahwa tradisi ini dapat menjadi sarana untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga desa."

Tradisi "Pancen" di Desa Randusongo adalah contoh nyata dari kekayaan budaya Indonesia. Tradisi ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki cara yang unik dan kreatif dalam menghormati leluhur mereka. Tradisi ini juga menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki nilai-nilai budaya yang luhur, seperti rasa hormat, bakti, dan kebersamaan.

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image