Profil Masyarakat Desa Randusongo, Kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi
Desa Randusongo, yang terletak di Kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi, dikenal sebagai desa yang masih kuat menjunjung tinggi nilai-nilai gotong royong dan adat istiadat tradisional. Kehidupan sosial masyarakat di desa ini sangat erat, ditandai dengan kebersamaan dalam berbagai kegiatan seperti kerja bakti, upacara adat, hingga acara-acara keagamaan. Nilai kekeluargaan menjadi landasan utama yang mempersatukan warga, menciptakan lingkungan yang harmonis dan saling mendukung satu sama lain.
Di bidang ekonomi, mayoritas penduduk Randusongo menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Padi, jagung, dan singkong menjadi komoditas utama yang dihasilkan oleh para petani. Meski begitu, belakangan ini telah terjadi perkembangan dalam usaha kecil dan menengah, seperti warung kelontong, industri rumahan, dan kerajinan tangan yang mulai tumbuh dan berkontribusi pada perekonomian desa. Pendapatan dari sektor non-pertanian ini membantu meningkatkan taraf hidup sebagian warga.
Namun, di sisi lain, tantangan ekonomi masih menjadi hambatan dalam peningkatan taraf pendidikan masyarakat. Meskipun desa telah memiliki fasilitas pendidikan formal seperti sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, banyak keluarga yang menghadapi kesulitan ekonomi sehingga lebih memilih mengutamakan anak-anak mereka untuk membantu di ladang atau menjalankan usaha keluarga. Hal ini membuat tingkat pendidikan masyarakat Randusongo belum berkembang secara merata, meskipun kesadaran akan pentingnya pendidikan mulai tumbuh.
Selain itu, kehidupan budaya di Randusongo menjadi ciri khas tersendiri yang memperkaya identitas desa. Tradisi seperti selamatan, bersih desa, dan kesenian lokal seperti wayang kulit dan reog masih dipelihara dengan baik. Kehidupan religius yang kental, dengan perayaan-perayaan keagamaan serta pengajian rutin, semakin memperkokoh jalinan kebersamaan antarwarga. Dengan segala dinamika tersebut, Randusongo terus melangkah maju sambil tetap menjaga akar tradisi dan budayanya yang kuat.
Aspek Sosial
1. Demografi
Penduduk Desa Randusongo memiliki variasi usia yang cukup beragam. Kelompok usia produktif, yakni mereka yang berusia antara 20 hingga 50 tahun, menjadi mayoritas di desa ini. Mereka berperan penting dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam kegiatan ekonomi, sosial, maupun budaya, sehingga dinamika desa banyak ditentukan oleh peran kelompok usia ini.
Selain itu, jumlah anak-anak di Randusongo juga cukup signifikan. Kehadiran mereka menambah semarak kehidupan desa, baik dalam kegiatan pendidikan maupun permainan tradisional yang masih sering terlihat di berbagai sudut desa. Anak-anak ini merupakan generasi penerus yang nantinya akan melanjutkan tradisi dan tanggung jawab desa.
Para lansia di Desa Randusongo tetap aktif dan tidak terisolasi dari kehidupan sosial. Meskipun usia mereka sudah lanjut, banyak dari mereka yang masih terlibat dalam kegiatan-kegiatan desa, seperti gotong royong dan acara keagamaan. Kearifan lokal yang mereka miliki menjadi salah satu sumber pengetahuan penting yang diwariskan kepada generasi muda.
Keharmonisan antar kelompok usia ini menjadikan Desa Randusongo sebagai komunitas yang solid dan saling mendukung. Setiap generasi memiliki peran yang khas, baik yang produktif, anak-anak yang membawa harapan baru, maupun lansia yang menjaga nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal.
2. Kehidupan Bermasyarakat
Masyarakat Desa Randusongo masih sangat memegang teguh nilai-nilai gotong royong yang menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Gotong royong tidak hanya dianggap sebagai kewajiban sosial, tetapi juga sebagai bentuk solidaritas yang mendalam antarwarga. Setiap kali ada pekerjaan besar di desa, seperti membangun rumah atau memperbaiki jalan, warga secara sukarela bekerja sama tanpa pamrih, menunjukkan kebersamaan yang kuat di antara mereka.
Selain gotong royong, ikatan kekeluargaan juga sangat erat di antara warga desa. Hubungan antara tetangga tidak hanya sebatas interaksi formal, tetapi berkembang menjadi relasi kekeluargaan yang kental. Ketika ada hajatan atau peristiwa penting dalam keluarga, seperti pernikahan atau kematian, warga desa secara spontan datang untuk membantu, memberikan dukungan moral dan material, tanpa diminta.
Tradisi kerja bakti menjadi salah satu contoh nyata dari penerapan nilai gotong royong tersebut. Setiap beberapa waktu, masyarakat secara bersama-sama membersihkan lingkungan desa, memperbaiki fasilitas umum, atau melakukan pekerjaan yang bermanfaat bagi kepentingan bersama. Kegiatan ini tidak hanya menjaga kebersihan dan kerapihan desa, tetapi juga mempererat hubungan antarwarga.
Selain itu, ronda malam atau siskamling juga menjadi kegiatan yang rutin dilakukan sebagai upaya menjaga keamanan desa. Setiap malam, warga bergantian berjaga, menunjukkan kepedulian mereka terhadap lingkungan dan keselamatan sesama. Di luar kegiatan gotong royong, arisan keluarga juga sering diadakan sebagai sarana memperkuat ikatan persaudaraan, sekaligus tempat berbagi cerita dan pengalaman dalam suasana penuh kehangatan.
3. Struktur Keluarga
Di Desa Randusongo, mayoritas keluarga menganut pola keluarga besar yang tinggal oleh kebersamaan dan interaksi antaranggota keluarga yang erat. Rumah-rumah mereka sering kali dibangun bersebelahan, menciptakan lingkungan yang mendukung hubungan sosial dan kekeluargaan.
Hubungan kekerabatan di desa ini sangat kuat dan melekat dalam setiap aspek kehidupan masyarakat. Tradisi saling mendukung antara anggota keluarga, baik dalam hal ekonomi maupun emosional, menjadi salah satu fondasi utama kehidupan mereka. Setiap generasi, baik tua maupun muda, saling membantu dalam menjalani aktivitas sehari-hari, dari pekerjaan rumah tangga hingga kegiatan pertanian.
Selain itu, anak-anak di Randusongo umumnya tinggal bersama orang tua mereka hingga menikah. Tradisi ini menunjukkan pentingnya nilai kebersamaan dan dukungan keluarga dalam proses transisi menuju kehidupan mandiri. Anak-anak yang telah dewasa, meski sudah mampu mencari nafkah, tetap tinggal di rumah orang tua mereka, hingga mereka siap memulai kehidupan rumah tangga sendiri.
4. Peran Gender
Di Desa Randusongo, peran gender masih sangat jelas terlihat dalam pembagian tugas sehari-hari. Laki-laki umumnya menjadi pencari nafkah utama bagi keluarga, bekerja di sektor-sektor seperti pertanian, perkebunan, atau pekerjaan fisik lainnya. Mereka bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga, sementara perempuan mengambil peran sebagai pengelola rumah, mengurus anak, dan memastikan kelangsungan kehidupan keluarga dengan menjaga keseimbangan rumah tangga.
Namun, peran perempuan tidak terbatas pada urusan domestik. Banyak perempuan di desa ini juga terlibat aktif dalam sektor ekonomi informal. Mereka sering membantu di ladang, berdagang di pasar, atau bahkan membuat kerajinan tangan sebagai usaha sampingan. Keterlibatan mereka dalam kegiatan ekonomi tersebut tidak hanya meringankan beban keluarga, tetapi juga memberikan tambahan penghasilan yang berarti bagi kehidupan sehari-hari.
Selain itu, tidak sedikit perempuan di Randusongo yang memilih menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, terutama di negara-negara Asia dan Timur Tengah. Keputusan ini sering kali didorong oleh kebutuhan ekonomi yang mendesak, serta kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga mereka. Kontribusi dari para TKI ini sangat membantu perekonomian keluarga, karena kiriman uang yang mereka hasilkan menjadi salah satu sumber pendapatan yang penting bagi keluarga yang ditinggalkan.
Aspek Ekonomi
1. Pertanian sebagai Mata Pencaharian Utama
Mayoritas penduduk Desa Randusongo menggantungkan mata pencaharian mereka pada sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi desa. Lahan pertanian yang subur memungkinkan masyarakat untuk bercocok tanam sepanjang tahun, menghasilkan berbagai komoditas penting bagi kehidupan sehari-hari maupun untuk dijual di pasar lokal.
Komoditas utama yang ditanam oleh petani di Randusongo adalah padi, jagung, dan singkong. Tanaman ini tidak hanya menjadi sumber makanan pokok bagi penduduk setempat, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan keluarga. Selain tanaman pangan, sistem irigasi yang baik dan iklim yang mendukung membantu meningkatkan produktivitas lahan.
Di samping itu, beberapa petani juga menanam sayuran dan buah-buahan sebagai diversifikasi tanaman mereka. Sayuran seperti cabai, tomat, dan kangkung ditanam di lahan-lahan yang lebih kecil, sementara buah-buahan seperti pisang dan pepaya ditanam di sekitar rumah. Diversifikasi ini tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan keluarga, tetapi juga menambah pemasukan bagi petani di Randusongo.
2. Usaha Kecil dan Menengah
Beberapa warga Desa Randusongo mulai mengembangkan usaha kecil-kecilan di bidang barang maupun jasa untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Salah satu usaha yang banyak digeluti adalah warung kelontong, yang menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi warga sekitar. Warung-warung ini menjadi tumpuan masyarakat desa dalam memenuhi kebutuhan pokok dengan mudah dan cepat, sekaligus menjadi peluang usaha bagi mereka yang ingin memanfaatkan potensi pasar lokal.
Selain warung kelontong, beberapa warga juga mengolah hasil pertanian menjadi produk bernilai tambah. Misalnya, hasil panen padi dan jagung diolah menjadi makanan siap jual seperti jagung rebus atau jagung goreng. Inovasi ini tidak hanya meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga membuka lapangan kerja bagi penduduk desa lainnya yang terlibat dalam proses produksi.
Industri rumah tangga juga mulai berkembang, terutama di sektor kerajinan dan pembuatan barang kebutuhan harian. Banyak keluarga yang memanfaatkan bahan-bahan alami seperti bambu atau rotan untuk membuat kerajinan tangan. Produk-produk ini dijual di pasar lokal atau bahkan ke luar desa, menjadikan usaha kecil ini sebagai salah satu penggerak ekonomi yang potensial di Randusongo.
3. Migrasi untuk Bekerja
Sebagian warga Desa Randusongo memilih merantau ke kota-kota besar bahkan ke luar negeri untuk mencari peluang ekonomi yang lebih baik. Mereka biasanya bekerja di sektor-sektor seperti konstruksi, manufaktur, dan pekerjaan rumah tangga, yang menawarkan penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan di desa. Keputusan untuk merantau ini sering kali diambil karena terbatasnya lapangan pekerjaan di desa dan kebutuhan ekonomi yang mendesak.
Keberangkatan para pekerja migran ini tidak hanya mengubah kehidupan individu, tetapi juga berdampak besar bagi keluarga mereka. Uang yang dikirim dari luar kota atau luar negeri menjadi sumber pendapatan utama bagi beberapa keluarga, digunakan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, pendidikan anak-anak, hingga perbaikan rumah. Bahkan, keberhasilan beberapa pekerja migran dalam memperbaiki kondisi ekonomi keluarga sering menjadi motivasi bagi generasi muda di desa untuk mengikuti jejak yang sama.
Namun, di balik manfaat ekonomi yang diperoleh, ada pula tantangan sosial yang dihadapi oleh keluarga para migran. Anak-anak yang ditinggalkan oleh orang tua yang merantau sering kali tumbuh tanpa kehadiran fisik mereka, sementara hubungan suami-istri pun diuji oleh jarak dan waktu yang lama. Meski begitu, peran para pekerja migran tetap menjadi elemen penting dalam menopang perekonomian sebagian besar warga desa.
4. Kondisi Ekonomi
Ekonomi masyarakat Randusongo secara umum masih dalam tahap perkembangan. Meskipun mayoritas keluarga hidup dengan kesederhanaan, terdapat tanda-tanda kemajuan dalam taraf hidup mereka. Akses terhadap program-program pemerintah yang mendukung pertanian dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) telah memberikan dorongan positif bagi perekonomian lokal.
Program-program ini membantu masyarakat meningkatkan hasil pertanian mereka, sekaligus mendorong pengembangan usaha kecil yang dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Selain itu, pembangunan infrastruktur desa, seperti jalan dan sarana transportasi, memudahkan akses ke pasar dan meningkatkan mobilitas barang dan orang. Semua ini berkontribusi pada perbaikan kualitas hidup masyarakat Randusongo.
Selain itu, bantuan sosial (bansos) dari pemerintah juga memiliki peran penting dalam menurunkan angka kemiskinan di desa ini. Dengan adanya bantuan tersebut, banyak keluarga yang sebelumnya kesulitan dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti pangan dan pendidikan. Hal ini menciptakan rasa optimisme di kalangan masyarakat bahwa perubahan menuju kehidupan yang lebih baik dapat terwujud melalui dukungan pemerintah dan upaya bersama.
Aspek Budaya
1. Adat Istiadat dan Tradisi
Masyarakat Desa Randusongo masih dengan setia mempertahankan berbagai tradisi leluhur yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Upacara selamatan, bersih desa, dan kenduri diadakan untuk memperingati berbagai peristiwa penting, seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian. Kegiatan ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga menjadi momen berkumpulnya keluarga dan tetangga, memperkuat ikatan sosial di antara mereka.
Keberadaan tradisi tersebut menunjukkan betapa masyarakat Randusongo menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan dan rasa syukur terhadap alam. Setiap upacara dilaksanakan dengan penuh khidmat, mencerminkan rasa hormat kepada leluhur yang telah memberikan berkah dalam kehidupan mereka. Masyarakat percaya bahwa dengan melaksanakan tradisi ini, mereka akan mendapatkan perlindungan dan keberkahan dari alam serta arwah leluhur.
Selain itu, kepercayaan pada hal-hal mistis juga masih mengakar kuat di dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Randusongo memiliki berbagai keyakinan yang berkaitan dengan alam dan leluhur, yang sering kali mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan lingkungan. Misalnya, dalam setiap perayaan, mereka mengadakan doa dan sesaji sebagai ungkapan rasa syukur serta permohonan agar terhindar dari bencana. Hal ini mencerminkan harmoni yang ingin dijaga antara manusia, alam, dan kekuatan spiritual yang diyakini selalu hadir dalam kehidupan mereka.
2. Kesenian Tradisional
Seni pertunjukan tradisional di Desa Randusongo memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakatnya. Berbagai bentuk seni seperti wayang kulit, reog, karawitan, dan campursari sering kali dipentaskan dalam acara-acara besar, menciptakan suasana yang meriah dan menghidupkan tradisi. Pertunjukan seni ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga menjadi sarana untuk menyampaikan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Acara pernikahan dan khitanan menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu untuk menggelar seni pertunjukan tradisional. Dalam setiap perayaan tersebut, masyarakat mengundang kelompok seni lokal untuk memeriahkan suasana dengan pertunjukan yang menggugah semangat. Penampilan wayang kulit yang menceritakan kisah-kisah epik, serta tarian reog yang menampilkan kekuatan dan keindahan, menjadi daya tarik tersendiri bagi para tamu undangan. Keberadaan kesenian ini menciptakan ikatan emosional yang kuat antara warga desa, menumbuhkan rasa kebersamaan dan gotong royong.
Lebih dari sekadar hiburan, seni pertunjukan tradisional juga menjadi simbol identitas budaya Desa Randusongo. Melalui pertunjukan tersebut, masyarakat tidak hanya merayakan momen-momen penting dalam hidup mereka, tetapi juga memperkuat rasa bangga terhadap warisan budaya yang dimiliki. Dengan terus melestarikan dan mempersembahkan seni tradisional, warga desa berkontribusi dalam menjaga nilai-nilai budaya yang kaya, sekaligus mengenalkan keindahan seni lokal kepada generasi mendatang.
3. Perayaan Agama
Mayoritas penduduk di desa Randusongo beragama Islam, dan mereka menjalankan ibadah dengan penuh ketekunan. Kehidupan religius menjadi bagian integral dari rutinitas sehari-hari, di mana kegiatan ibadah tidak hanya dilaksanakan secara individu, tetapi juga dalam kelompok. Masyarakat sering berkumpul di masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah, terutama pada hari-hari besar agama.
Perayaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha menjadi momen penting bagi warga desa. Selama perayaan ini, suasana penuh kebahagiaan dan kekeluargaan terlihat jelas, dengan masyarakat saling berkunjung dan bertukar ucapan selamat. Selain itu, pengajian rutin diadakan untuk memperdalam pengetahuan agama, yang tidak hanya melibatkan orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Kegiatan ini menjadi sarana bagi warga untuk meningkatkan iman dan pemahaman tentang ajaran Islam.
Pesantren dan madrasah berperan penting dalam pendidikan agama bagi anak-anak di desa ini. Melalui lembaga pendidikan ini, generasi muda diajarkan tentang dasar-dasar agama, serta nilai-nilai moral yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya pendidikan agama yang baik, diharapkan anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang berakhlak mulia dan bertanggung jawab, menjaga tradisi dan nilai-nilai agama yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Aspek Pendidikan
1. Fasilitas Pendidikan
Di Desa Randusongo, pendidikan formal bagi anak-anak tersedia melalui berbagai lembaga, termasuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar (SD), dan pondok pesantren. Lembaga-lembaga ini berperan penting dalam menanamkan dasar pendidikan bagi generasi muda, memberikan mereka kesempatan untuk belajar dan berkembang dalam lingkungan yang mendukung.
Meskipun telah ada fasilitas pendidikan yang memadai untuk anak-anak di tingkat dasar, tantangan muncul ketika mereka memasuki jenjang pendidikan menengah atas. Sebagian besar anak-anak Randusongo harus melanjutkan studi mereka ke sekolah yang berada di Kecamatan Gerih atau bahkan di Kabupaten Ngawi. Hal ini dapat menjadi hambatan bagi beberapa siswa, terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu, yang mungkin kesulitan untuk menjangkau lokasi sekolah yang lebih jauh.
Keberadaan pondok pesantren juga memberikan alternatif pendidikan, terutama dalam aspek pendidikan agama. Masyarakat Randusongo menyadari pentingnya pendidikan agama, sehingga pondok pesantren menjadi tempat bagi anak-anak untuk belajar nilai-nilai spiritual dan moral. Dengan demikian, meskipun terdapat kendala dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, desa ini tetap berusaha untuk memberikan pendidikan yang berkualitas bagi anak-anaknya, baik dalam aspek umum maupun agama.
2. Tingkat Pendidikan
Meskipun desa Randusongo telah memiliki fasilitas pendidikan yang memadai, tingkat pendidikan masyarakat di sana masih tergolong rendah. Banyak generasi tua di desa ini yang hanya mampu menyelesaikan pendidikan dasar. Hal ini mencerminkan tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan akses pendidikan di kalangan warga yang lebih tua, di mana faktor ekonomi dan tradisi sering kali menjadi penghalang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Namun, situasi mulai berubah dengan munculnya generasi muda yang lebih bersemangat dalam mengejar pendidikan. Semakin banyak anak-anak di desa ini yang melanjutkan studi mereka ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Kecenderungan ini menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya pendidikan mulai tumbuh di kalangan orang tua, yang kini lebih mendukung anak-anak mereka untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
Selain itu, ada juga peningkatan minat di kalangan generasi muda untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dengan semakin banyaknya informasi dan kesempatan, mereka mulai meraih impian untuk mendapatkan gelar pendidikan yang lebih tinggi. Perubahan ini memberikan harapan bagi masyarakat desa Randusongo, bahwa di masa depan, tingkat pendidikan mereka akan semakin meningkat dan memberikan dampak positif bagi perkembangan desa.
3. Kesadaran Pendidikan
Masyarakat Desa Randusongo menunjukkan kesadaran yang tinggi akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka. Banyak orang tua yang berharap agar anak-anaknya dapat mengenyam pendidikan yang lebih baik, menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk meningkatkan taraf hidup di masa depan. Namun, meskipun terdapat niat baik ini, realitas tantangan ekonomi sering kali menghalangi mereka.
Tantangan ekonomi yang dihadapi keluarga-keluarga di desa ini menjadi faktor utama yang menghambat anak-anak dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Banyak orang tua yang harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga mereka lebih memilih agar anak-anak mereka membantu dalam pekerjaan rumah atau di ladang. Keterbatasan finansial sering kali mengharuskan anak-anak untuk mengambil alih peran sebagai pencari nafkah tambahan, sehingga pendidikan menjadi prioritas yang kedua.
Akibatnya, meskipun ada keinginan untuk melanjutkan pendidikan, anak-anak di Randusongo sering kali harus mengorbankan impian mereka demi membantu keluarga. Situasi ini menciptakan lingkaran sulit, di mana kurangnya pendidikan menghambat peluang ekonomi yang lebih baik di masa depan. Oleh karena itu, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan untuk menciptakan solusi yang dapat membantu meningkatkan akses pendidikan tanpa mengorbankan kesejahteraan keluarga.
4. Program Pendidikan Non-Formal
Selain pendidikan formal, desa juga aktif mengadakan program pendidikan non-formal yang ditujukan untuk meningkatkan keterampilan pemuda dan orang dewasa. Program ini muncul sebagai respons terhadap kebutuhan masyarakat yang ingin memperluas pengetahuan dan keterampilan mereka di berbagai bidang.
Salah satu fokus utama dari program pendidikan non-formal ini adalah peningkatan kemampuan dalam sektor ekonomi kreatif. Melalui pelatihan yang diselenggarakan, warga diberikan kesempatan untuk mengembangkan berbagai keterampilan, seperti kerajinan tangan, pengolahan hasil pertanian, dan manajemen usaha kecil. Dengan demikian, mereka dapat memanfaatkan potensi lokal untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga.
Selain itu, program ini juga menekankan pentingnya peningkatan keterampilan di bidang pertanian. Dengan memberikan pelatihan tentang teknik pertanian yang modern dan ramah lingkungan, diharapkan para petani dapat meningkatkan hasil panen mereka. Hal ini tidak hanya akan memperbaiki ekonomi keluarga, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan di desa. Dengan berbagai upaya ini, masyarakat desa diharapkan dapat lebih mandiri dan berdaya saing dalam menghadapi tantangan ekonomi.